BAB I
PENDAHULUAN
Hidung merupakan organ
penting yang seharusnya mendapat perhatian lebih dari biasanya, adalah
merupakan salah satu organ pelindung tubuh terpenting terhadap lingkungan yang
tidak menguntungkan. Dari segi anatomis, hidung memiliki kavum nasi yang
memiliki 4 buah dinding, yaitu medial, lateral, inferior dan superior. Dinding
medial hidung adalah septum nasi yang dibentuk oleh tulang dan tulang rawan.3
Abses septum nasi
adalah pus yang terkumpul di antara tulang rawan dengan mukoperikondrium atau
tulang septum dengan mukoperiosteum yang melapisinya. Kasus ini sangat jarang
ditemukan sehingga sangat sedikit dibicarakan dalam berbagai kepustakaan.1
Abses septum biasanya
didahului oleh trauma hidung yang kadang-kadang sangat ringan sehingga tidak
dirasakan oleh penderita, akibatnya timbul hematoma septum yang bila terinfeksi
akan menjadi abses.1 Pada umumnya, abses septum nasi yang besar,
terasa nyeri dan mukosa mengalami inflamasi dan ditutupi oleh eksudat.1
Abses septum dapat
berakibat serius pada hidung oleh karena menyebabkan nekrosis kartilago septum
yang kemudian menjadi destruksi dan lambat laun menjadi hidung pelana.1
Komplikasi yang sangat berbahaya berupa infeksi intrakranial sehingga setiap abses
septum nasi harus dianggap sebagai kasus emergensi yang memerlukan penanganan
yang tepat dan segera.1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 ANATOMI HIDUNG
Nares terdiri dari nares eksternus dan cavum nasi.2
a) Nares Eksternus
Hidung luar berbentuk piramid, dengan bagian-bagian yang
terdiri dari ;
- Anterior
:
Vestibulum Nasi
- Posterior
:
Radix Nasi
- Lateral
:
Ala Nasi
- Medial
:
Septum Nasi
- Superior/Keras
: Os Nasal dextra et sinistra,
Proc. Frontalis ossis Maxillaris, Proc. Nasalis ossis Frontalis
- Inferior/Lunak
: Cartilago Septum Nasi, Cartilago
Nasi Lateralis, Cartilago Alaris Mayor, Cartilago Alaris Minor
Gambar 2.1 Anatomi Nares
Eksternus
Hidung luar dibentuk oleh kerangka dan tulang rawan yang
dilapisi kulit, jaringan ikat, dan beberapa otot kecil yaitu Muskulus Nasalis pars transversa dan Muskulus Nasalis pars allaris. Kerja
otot-otot tersebut menyebabkan nares dapat melebr dan menyempit. Batas atas
nasi eksternus melekat pada Os Frontal sebaigai radiks (akar), antara radiks
sampai apeks (puncak) disebut dorsum nasi. Dengan adanya cartilago maka nasi
eksternus menjadi fleksibel.2
Vaskularisasi Nares
Eksternus :
- A.
Nasalis anterior (cabang A. Etmoidalis yang merupakan cabang dari A. Oftalmika,
cabang dri A. Carotis interna)
- A.
Nasalis posterior (cabang A. Sfenopalatina, cabang dari A. Maksillaris interna,
cabang dari A. Carotis Interna)
- A.
Angularis (cabang dari A. Facialis)
Inervasi Nares
Eksternus :
- Cabang
dari N. Oftalmikus (N. Supratroklearis, N.Infratroklearis)
- Cabang
dari N. Maxilaris (ramus eksternus N. Etmoidalis anterior)
b) Cavum Nasi
Cavum Nasi dipisahkan oleh Septum Nasi menjadi dua ruangan
yang membentang dari Vestibulum Nasi sampai dengan Koana (apertura posterior).
Kavum nasi ini berhubungan dengan sinus frontal, sinus sphenoidalis, fossa
cranial anterior dan fossa cranial media.2 Batas-batas cavum nasi
adalah :
- Dasar/Inferior : palatum durum, proc. Palatines os maxillaris
- Atap/superior : lamina cribrosa ossis etmoidale,
corpus ossis sphenoidalis, os frontal, os nasal, sebagian os vomer dan
cartilago nasi
- Medial
: septum nasi, yang
membagi kavum nasi menjadi 2 ruangan dextra dan sinistra.
- Lateral : concha nasalis
superior, concha nasalis media, concha nasalis inferior, os maxilla, os
lakrima, os etmoid
- Anterior : introitus cavum nasi
- Posterior : choana
Gambar 2.2. Anatomi
Cavum Nasi
Vaskularisasi cavum
nasi :
- Plexus
Kiesselbach (Little’s Area) : A. Sphenopalatina, A. Palatina mayor, A. Labialis
Superior, A. Etmoidalis Anterior
- Plexus
Woodruff : A. Sphenopalatina, A. Faringeal Ascendens dari A. Carotis Interna
- A.
Sphenopalatina cabang dari A. Maxillaris
- A.
Etmoidalis Anterior cabang dari A. Oftalmika
- Vena
tampak sebagai plexus yang terletak di submukosa yang berjalan bersama arteri.
Gambar 2.3
Vaskularisasi Cavum Nasi
Inervasi cavum nasi :
- Anterior
: Nervus Etmoidalis Anterior
dari Nervus trigeminus
- Posterior : Serabut saraf dari
ganglion pterygopalatinum masuk melalui foramen sphenopalatina kemudian menjadi
Nervus Palatina Mayor menjadi Nervus Sphenopalatina
2.2.
ANATOMI SEPTUM NASI
Septum
membagi kavum nasi menjadi 2 ruang, kanan dan kiri. Septum nasi dibentuk oleh
tulang dibagian posterior dan tulang rawan dibagian anterior. Septum nasi
dilapisi oleh perikondrium pada bagian tulang rawan dan periosteum pada bagian tulang,
sedangkan diluarnya dilapisi oleh mukosa hidung.2
Bagian tulang rawan adalah :
1)
Kartilago septum nasi (lamina
kuadrangularis)
2)
Kolumela
Bagian tulang yang membentuk septum nasi
:
1)
Kartilago kuadrangularis
2)
Lamina perpendikularis os ethmoid
3)
Os vomer
4)
Krista nasalis maksila.7
Gambar 2.4. Anatomi
Kartilago Septum Nasi
Septum nasi terletak
pada tulang penyangga yang terdiri dari (ventral ke dorsal) spina nasal
anterior, premaksila, dan vomer. Pada bagian kaudal, kartilago septum nasi
bebas bergerak dan berhubungan dengan kolumela oleh membran septum nasi. Pada
bagian dorsal bersatu dengan lamina perpendikularis os ethmoid. Pada bagian
Ventral, berhubungan dengan dua kartilago triangularis (kartilago lateral
atas), dan bersama-sama membentuk kartilago vault dan batang hidung.2
Bagian tulang septum
nasi terdiri dari lamina perpendikularis os ethmoid, premaksilaris dan os vomer
yang merupakan perluasan dari rostrum sphenoid.7 Kerangka tulang
rawan dari septum nasi dan kartilago lateral atas yang berbentuk “T” memberi kekuatan
yang cukup untuk menahan tekanan dari tulang di sekitarnya. Kartilago
kuadrangularis adalah bagian medial kerangka “T” hidung.2
Kaudal hidung sampai di
daerah inferior septum nasi terletak pada krista maksilaris dan diikat oleh
perikondrium dan periosteum.7 Reseksi atau destruksi dari tulang
rawan tersebut akibat trauma atau operasi pengangkatan kartilago kuadrangularis
yang berlebihan akan mengakibatkan bentuk hidung seperti pelana.2
Septum nasi terdiri dari 3 bagian :
a)
Septum kollumelar
Septum
kollumelar dibentuk oleh kollumela yang terdiri dari crura medial dari alar
cartilage yang bersatu dengan jaringan fibrous dan diselimuti oleh kulit.2
b)
Septum membrane
Septum membrane terdiri dari dua lapisan
kulit tanpa disokong oleh tulang atau kartilago. Septum ini terletak diantara
kollmela dan batas kaudal kartilgo septal. Bagian kollumela dan membrane adalah
bagian yang gampang digerakkan.2
c)
Septum yang sebenarnya
Septum
ini terdiri dari kerangka osteokartilago yang diselimuti oleh membrane mukosa
nasal.2
Vaskularisasi Septum Nasi :
-
Anterosuperior septum nasi dan dinding
lateral memperoleh perdarahan dari arteri ethmoidalis anterior dan posterior,
-
Posteroinferior septum nasi memperoleh
dari arteri sfenopalatina dan arteri maksilaris interna.
-
Pada bagian kaudal septum nasi terdapat pleksus
Kiesselbach yang terletak tepat di belakang vestibulum. Pleksus ini
merupakan anastomosis dari arteri sfenopalatina, arteri etmoidalis anterior,
arteri palatina mayor. Area ini paling sering menjadi sumberperdarahan atau
epistaksis.7,8
2.3.
FISIOLOGI HIDUNG
1)
Sebagai jalan nafas
Pada
inspirasi, udara masuk melalui nares anterior, lalu naik ke atas setinggi konka
media dan kemudian turun kebawah ke arah nasofaring, sehingga aliran udara ini
berbentuk lengkungan atau arkus. Pada ekspirasi, udara masuk melalui koana dan
kemudian mengikuti jalan yang sama seperti udara inspirasi. Akan tetapi
dibagian depan aliran udara memecah, sebagian lain kembali ke belakang
membantuk pusaran dan bergabung dengan aliran dari nasofaring.3
2)
Pengatur kondisi udara (air conditioning)
Fungsi
hidung sebagai pengatur kondisi udara perlu untuk mempersiapkan udara yang akan
masuk ke dalam alveolus.3 Fungsi ini dilakukan dengan cara :
a.
Mengatur kelembaban udara. Fungsi ini
dilakukan oleh selaput lendir. Pada musim panas, udara hampir jenuh oleh uap
air, penguapan dari lapisan ini sedikit, sedangkan pada musim dingin akan
terjadi sebaliknya.3
b.
Mengatur suhu. Fungsi ini dimungkinkan
karena banyaknya pembuluh darah dibawah epitel dan adanya permukaan konka dan
septum yang luas, sehingga radiasi dapat berlangsung secara optimal. Dengan
demikian suhu udara setelah melalui hidung kurang lebih 37oC.3
3)
Sebagai penyaring dan pelindung
Fungsi
ini berguna untuk membersihkan udara insipirasi dari debu dan bakteri dan
dilakukan oleh :
a.
Rambut (vibrissae) pada vestibulum nasi
b.
Silia
c.
Palut lendir (mucous blanket). Debu dan bakteri akan melekat pada palut lendir
dan partikel-partikel yang besarakan dikeluarkan dengan refleks bersin. Palut
lendir ini akan dialirkan kenasofaring oleh gerakan silia.
d.
Enzim yang dapat menghancurkan beberapa
jenis bakteri, disebut lysozime.
4)
Indra penghidu
Dengan
adanya mukosa olfaktorius pada atap rongga hidung, konka superior dan sepertiga
bagian atas septum. Partikel bau dapat mencapai daerah ini dengan cara difusi
dengan palut lendir atau bila menarik nafas dengan kuat.3
5)
Resonansi suara
Penting
untuk kualitas suara ketika berbicara dan menyanyi. Sumbatan hidung akan
menyebabkan resonansi berkurang atau hilang, sehingga terdengar suara sengau.3
6)
Proses bicara
Membantu
proses pembentukan kata dengan konsonan nasal (m,n,ng) dimana rongga mulut
tertutup dan rongga hidung terbuka, palatum molle turun untuk aliran udara.3
7)
Refleks nasal
Mukosa
hidung merupakan reseptor refleks yang berhubungan dengan saluran cerna,
kardiovaskuler dan pernafasan. Contoh : iritasi mukosa hidung menyebabkan
refleks bersin dan nafas terhenti. Rangsang bau tertentu menyebabkan sekresi
kelenjar liur, lambung dan pankreas.3
2.4.
DEFINISI ABSES SEPTUM NASI
Abses
septum nasi adalah pus yang terkumpul di antara tulang rawan dengan mukoperikondrium
atau tulang septum dengan mukoperiosteum yang melapisinya. Biasanya terjadi
pada kedua sisi rongga hidung, dan sering merupakan komplikasi dari hematoma
septum yang terinfeksi bakteri piogenik.1,4
Gambar 2.5. Abses Pada Septum
Nasi
2.5. ETIOLOGI
Penyebab
paling sering dari abses septum adalah trauma (75%). Penyebab lain adalah
akibat penyebaran dari sinusitis etmoid dan sinusitis sfenoid. Disamping itu
dapat juga akibat penyebaran dari infeksi gigi.2,5 Lo (2004)
menemukan 7% abses septum disebabkan oleh trauma akibat tindakan
septomeatoplasti.6 Penyebab lain adalah trauma hidung akibat
kecelakaan, perkelahian, cedera saat olahraga ataupun trauma yang sangat ringan
sehingga tidak dirasakan penderita seperti mengorek kotoran hidung atau
mencabut bulu hidung, diathesis perdarahan, dan kekerasan pada anak.1,4
Organisme yang paling
sering didapat dari hasil kultur pada abses septum Staphylococcus aureus. Kadang-kadang
ditemukan Streptococcus pneumoniae, Streptococcus β hemolyticus,
Haemophilus influenzae dan organisme anaerob.6 Dispenza10
memberikan istilah pada supurasi septum akibat trauma sebagai abses septum
primer, sedangkan penyebab lainnya dianggap sebagai abses septum nasi sekunder.
Abses septum nasi dapat terjadi secara spontan pada pasien sindrom
imunodefisiensi didapat.1,4
2.6.
EPIDEMIOLOGI
Abses
septum merupakan kasus yang jarang ditemukan. Laki-laki lebih sering
dibandingkan wanita. Hal ini dihubungkan dengan agresivitas dan aktivitas mereka
sehingga insidens trauma mudah terjadi. Sebanyak 74% mengenai umur dibawah 31
tahun dan 42% mengenai umur diantara 2-14 tahun dan jarang usia lanjut. Lokasi
yang paling sering ditemukan adalah pada bagian anterior tulang rawan septum.
Dikutip dari Jalaludin4 , Eavei mendapatkan 3 kasus abses septum
nasi dalam waktu 10 tahun terakhir di Children’s hospital Los Angeles. Fearon4
mendapatkan 43 kasus abses septum nasi dalam periode 8 tahun di Hospital for
Sick Children di Toronto. Dikutip oleh Jalaluddin, Ambrus menyatakan pada
dekade terakhir ini didapatkan hanya 14 kasus abses septum nasi, termasuk 16
kasus yang terjadi lebih dari periode 10 tahun di Massachusetts Eye and Ear Infirmary.
Di Rumah Sakit M. DJamil Padang didapatkan 3 kasus abses septum nasi dalam
waktu 2 tahun terakhir. 6,7
2.7.
PATOFISIOLOGI
Patogenesis abses
septum biasanya tergantung dari penyebabnya. Penyebab paling sering adalah
terjadi setelah trauma, sehingga timbul hematoma septum. Hematoma septum nasi
terjadi akibat trauma pada septum nasi yang merobek pembuluh darah yang berbatasan
dengan tulang rawan septum nasi. Darah akan terkumpul pada ruang di antara
tulang rawan dan mukoperikondrium. Hematoma ini akan memisahkan tulang rawan
dari mukoperikondrium, sehingga aliran darah sebagai nutrisi bagi jaringan
tulang rawan terputus, maka terjadilah nekrosis.4
Tulang rawan septum
nasi yang tidak mendapatkan aliran darah masih dapat bertahan hidup selama 3
hari, setelah itu kondrosit akan mati dan resorpsi tulang rawan akan terjadi. Bila
tidak segera ditanggulangi, maka tulang septum nasi dan triangular kartilago
dapat ikut terlibat dan perforasi septum nasi dapat terjadi. Pada akhirnya sedikit
atau banyak akan terjadi parut dan hilangnya penyangga pada 2/3 kaudal septum,
ini akan menghasilkan hidung pelana, retraksi kolumella, dan pelebaran dasar
hidung.4
Jika ada fraktur tulang rawan, maka darah akan
mengalir ke sisi kontralateral dan terjadilah hematom septum bilateral. Hematom
yang terjadi dapat besar sehingga dapat menyumbat kedua nares. Akibat keadaan
yang relatif kurang steril di bagian anterior hidung, hematoma septum nasi
dapat terinfeksi dan akan cepat berubah menjadi abses septum nasi yang
mempercepat resorpsi tulang rawan yang nekrotik. 1,4
Staphylococcus aureus merupakan
organisme yang paling sering ditemukan pada hasil kultur abses septum nasi.
Begitu pula Streptococcus pneumoniae, streptococcus milleri,
Streptococcus viridians, Staphylococcus epidermis, Haemophillus
influenza dan kuman anaerob juga ditemukan pada abses septum nasi. 1,4
Tidak semua hematom
septum nasi berkembang menjadi abses, bila sembuh dengan terapi antibiotik akan
terbentuk jaringan ikat, sehingga akan terjadi penebalan jaringan septum nasi
yang dapat menyebabkan obstruksi saluran nafas dan retraksi yang menimbulkan
kontraktur septum nasi. Bila keadaan ini terjadi pada masa anak-anak, akan
mempengaruhi pertumbuhan 2/3 bagian wajah yang dapat menyebabkan hipoplasia
maksila.6
Selain dari trauma ada
beberapa mekanisme yang menyebabkan timbulnya abses septum, yaitu penyebaran
langsung dari jaringan lunak yang berasa dari infeksi sinus. Disamping itu infeksi
pada septum nasi dapat masuk ke dalam sinus kavernosus sehingga akan
terjadi trombosis dan atau meningitis. Pada beberapa kondisi abses septum bisa
diakibatkan trauma pada saat operasi hidung.6
2.8.
GEJALA KLINIS
Gejala abses septum nasi adalah hidung tersumbat yang
progresif disertai rasa nyeri yang hebat. Rasa nyeri terutama dirasakan di
daerah dorsum nasi terutama dipuncak hidung. Disamping itu, dijumpai gejala sistemik
berupa demam dan menggigil serta nyeri kepala dibagian frontal. Kulit di
sekitar hidung dapat berwarna merah dan membengkak.6,7,8
2.9.
DIAGNOSIS
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Sebagian besar abses septum nasi biasanya mempunyai riwayat
trauma, kadang-kadang penderita tidak menyadari terjadinya trauma tersebut.
Trauma septum nasi dan mukosa dapat terjadi tanpa adanya cedera hidung luar.
Abses septum nasi sering timbul 24-48 jam setelah trauma, terutama pada dewasa
muda dan anak.6
Gejala abses septum nasi adalah hidung tersumbat yang
progresif disertai rasa nyeri. Rasa nyeri terutama dirasakan di daerah dorsum
nasi terutama di puncak hidung. Disamping itu, dijumpai gejala sistemik berupa
demam dan menggigil serta nyeri kepala dibagian frontal. 6,7,8
Perlu ditanyakan
riwayat operasi hidung sebelumnya, gejala peradangan hidung dan sinus paranasal,
furunkel intra nasal, penyakit gigi dan penyakit sistemik. 6
Akibat trauma hidung,
terkadang pada inspeksi masih tampak kelainan berupa eskoriasi, laserasi kulit,
epistaksis, deformitas hidung, edema dan ekimosis. Pemeriksaan sebaiknya tanpa
menggunakan spekulum hidung. Tampak pembengkakan septum berbentuk bulat dengan
permukaan licin pada kedua sisi. 6
Identifikasi abses
septum nasi sangat mudah bagi para ahli, tetapi tidak jarang dokter gagal dalam
mengamati keadaan ini. Karena kegagalan dalam mengidentifikasi hematoma atau
abses septum nasi cukup banyak, maka diperlukan pemeriksaan intra nasal yang
teliti. Jika penderita tidak kooperatif, misalnya pada anak-anak, pemeriksaan
dapat dilakukan dengan anestesi umum. 6
Pada pemeriksaan
rinoskopi anterior, seluruh septum nasi harus diperiksa dari kaudal septum nasi
sampai nasofaring. Tampak pembengkakan unilateral ataupun bilateral, mulai
tepat di belakang kolumella meluas ke posterior dengan jarak bervariasi. 6
Perubahan warna menjadi
kemerahan atau kebiruan pada daerah septum nasi yang membengkak menunjukkan
suatu hematoma. Daerah yang dicurigai dipalpasi dengan forsep bayonet atau
aplikator kapas untuk memeriksa adanya fluktuasi dan nyeri tekan. Pada palpasi
dapat ditemukan nyeri tekan. 6
Diagnosis pasti abses
septum nasi adalah dengan melakukan aspirasi pada daerah yang paling fluktuasi.
Pada aspirasi akan didapatkan pus pada abses septum nasi, sedangkan dari
hematoma septum nasi akan keluar darah. 6,7
Beberapa penulis
menyarankan tindakan rutin berupa aspirasi sebelum diberikan tindakan operatif.
Pus yang diperoleh sebaiknya diperiksakan di laboratorium untuk menentukan
jenis kuman dan tes sensitifitas terhadap antibiotik. Selain bernilai diagnostik,
aspirasi juga berguna untuk mengurangi ketegangan jaringan di daerah abses
septum nasi dan mengurangi kemungkinan komplikasi ke intrakranial. 6,7
Pemeriksaan
laboratorium darah akan menunjukkan leukositosis. Pemeriksaan foto rontgen sinus
paranasal atau CT scan harus dilakukan untuk mencari etiologi ataupun
komplikasi. 6,7
2.10.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Pemeriksaan foto rontgen sinus paranasal
atau CT scan
Abses septum nasi memiliki penampakan yang khas pada
pemeriksaan CT scan sebagai akumulasi cairan dengan peninggian pinggiran yang
tipis yang melibatkan septum nasi. Hasil pemeriksaan CT scan pada pemeriksaan
abses septum nasi adalah kumpulan cairan
yang berdinding tipis dengan perubahan peradangan didaerah sekitarnya, sama
dengan yang terlihat pada abses dibagian tubuh yang lain.8
Gambar 2.6.
Pemeriksaan CT scan pada kavum nasi yang memperlihatkan pengumpulan cairan yang
berdinding tipis dan seperti kista yang melibatkan kartilago septum nasi (tanda
panah besar). Perhatikan pembengkakan pada jaringan nasi disekitarnya (panah
kecil). 8
Gambar 2.7.
Pemeriksaan CT scan pada korona sinus paranasal yang memeperlihatkan adanya
abses nasi. 8
2) Laboratorium8
-
Darah Lengkap akan menunjukkan hasil leukositosis.
-
Kultur bakteri : Organisme yang paling
sering didapat dari hasil kultur pada abses septum Staphylococcus aureus. Kadang-kadang
ditemukan Streptococcus pneumoniae, Streptococcus β hemolyticus,
Haemophilus influenzae dan organisme anaerob.
-
Tes Sensitifitas Antibiotik
2.11.
DIAGNOSA BANDING
Diagnosa banding abses septum adalah :
a)
Hematoma septum. Suatu kondisi yang
ditandai dengan pembengkakan, memar atau perdarahan di dalam septum nasi yang
diakibatkan karena cidera. Apabila dibiarkan akan menimbulkan sebuah lubang
pada daerah yang memisahkan dua cuping hidung. Keadaaan ini dapat menyebabkan
hidung tersumbat atau menguncup pada daerah yang terkena hematom, akibatnya
terjadi kelainan bentuk yang disebut saddle
nose, suatu keadaan dimana jaringan penunjang hidung melemah.6,7,8
b)
Septum deviasi. Suatu keadaan dimana
terjadi peralihan posisi dari septum nasi dari letaknya yang berada digaris
medial tubuh. Deviasi septum yang ringan tidak akan mengganggu, akan tetapi
bila deviasi cukup berat akan menyebabkan penyempitan pada satu sisi hidung.
Dengan demikian akan mengganggu fisiologi hidung.6,7,8
c)
Furunkulosis dan vestibulitis. Infeksi
yang luas dan invasif dari kelenjar sebasea atau folikel rambut, yang
melibatkan jaringan subkutan membentuk furunkulosis dan vestibulitis dapat
menyebabkan abses septum. Kuman penyebab biasanya ditemukan Staphylococcus
aureus.6,7,8
2.12.
PENATALAKSANAAN
Hematoma
atau abses septum nasi harus dianggap sebagai kasus darurat dalam bidang THT
dan tindakan penanggulangannya harus segera dilakukan untuk mencegah
komplikasi. Penatalaksanaan abses septum nasi yang dianjurkan saat ini yaitu :6,9
-
Insisi dan drainase
-
Antibiotik parenteral dosis tinggi
berspektrum luas
-
Analgetika untuk nyeri dan demam
-
Rekonstruksi defek septum
Tujuan dari
rekonstruksi adalah untuk menyangga dorsum nasi, memelihara keutuhan dan
ketebalan septum, mencegah perforasi septum yang lebih besar dan mencegah
obstruksi nasal akibat deformitas.6,9
Insisi dan drainase
abses septum nasi dapat dilakukan dalam anestesi lokal atau anestesi umum. Sebelum
insisi terlebih dahulu dilakukan aspirasi abses dan dikirim ke laboratorium
untuk pemeriksaan kultur dan tes sensitifitas. 6,9
Insisi dilakukan 2 mm
dari kaudal kartilago kira-kira perbatasan antara kulit dan mukosa (hemitransfiksi)
atau caudal septal incision (CSI) pada daerah sisi kiri septum nasi. Septum
nasi dibuka secara perlahan-lahan tanpa merusak mukosa. Jaringan granulasi,
debris dan kartilago yang nekrosis diangkat dengan menggunakan kuret dan
suction. Sebaiknya semua jaringan kartilago yang patologis diangkat. 6,9
Dilakukan pemasangan
tampon anterior yang tiap hari diganti dan dipertahankan selama 2 sampai 3 hari
dan pemasangan salir untuk mencegah rekurensi. 6,9
Drainase bilateral
merupakan kontraindikasi karena dapat menyebabkan perforasi septum nasi. Pada abses
bilateral atau nekrosis dari tulang rawan septum nasi dianjurkan untuk segera
melakukan eksplorasi dan rekonstruksi septum nasi dengan pemasangan implan tulang
rawan. 6,9
Cangkokan dari septum tulang merupakan pilihan pertama.
Bahan cangkokan dapat diambil dari septum tulang, iga, aurikel atau bank
jaringan. Akan tetapi pada anak kecil, bahan cangkokan dari kartilago iga
alogenik merupakan pilihan terbaik. 6,9
Gambar 2.8 (a) dan
(b) Teknik insisi abses septum, (c) Pemasangan Drain Penrose.9
2.13.
KOMPLIKASI
Kerusakan tulang rawan akibat hematoma atau abses, akan
digantikan oleh jaringan ikat. Kontraktur jaringan dan hilangnya penyangga pada
bagian dorsum hidung merupakan komplikasi abses septum yang dapat menimbulkan
hidung pelana, retraksi kolumela dan pelebaran dasar hidung. Kadang-kadang
dapat timbul fasial selulitis. Nekrosis pada setiap komponen septum nasi dapat
menyebabkan terjadinya perforasi septum nasi.1,4
Bila
infeksi tidak diterapi dengan antibiotika yang adekuat dapat timbul perforasi
septum, penyebaran infeksi melalui darah sehingga dapat timbul meningitis, trombosis
sinus kavernosis dan sepsis.6
Deformitas dan gangguan fungsi hidung akibat abses septum
nasi dapat dibedakan dalam tiga proses dibawah ini :6
1)
Hilangnya sanggahan mekanik dari
kartilago piramid dan lobul
2)
Retraksi dan atrofi jaringan ikat
3)
Gangguan pertumbuhan hidung dan muka
bagian tengah.
Selain kosmetik, abses
septum nasi dapat juga menimbulkan komplikasi yang berat dan berbahaya bila terjadi
penjalaran infeksi ke intrakranial berupa meningitis,abses otak dan empiema
subaraknoid.6
Penjalaran ke
intrakranial dapat melalui berbagai jalan :
1)
Pertama, melalui pembuluh-pembuluh vena
dari segitiga berbahaya, yaitu daerah di dalam garis segitiga dari glabela ke
kedua sudut mulut.Vena-vena tersebut melalui vena angularis, vena oftalmika,
vena etmoidalis, yang akan bermuara di sinus kavernosus.6
2)
Kedua, infeksi masuk melalui mukosa
hidung kemudian melalui pembuluh limfe atau pembuluh darah bermuara di sinus
longitudinal dorsalis dan sinus lateralis.6
3)
Ketiga, melalui saluran limfe dari
meatus superior melalui lamina kribriformis dan lamina perpendikularis os etmoid
yang bermuara ke ruang subaraknoid.6
4)
Keempat, invasi langsung dapat terjadi
pada saat operasi, erosi lokal diduga dapat juga merupakan jalan atau kebetulan
ada kelainan kongenital.6
5)
Kelima, selubung perineural diduga dapat
juga merupakan jalannya penjalaran infeksi, dalam hal ini selubung olfaktorius
yang menuju intrakranial melalui lamina kribriformis. Penjalaran infeksi ke
organ organ di sekitar hidung dapat juga melalui saluran limfe dan selubung saraf
olfaktorius sehingga terjadi infeksi ke orbita dan sinus paranasal. 6
2.14.
PENCEGAHAN
Abses septum dapat dikenali dengan mengenali dan menangani
hematoma septum pada tahap awal. Ini merupakan alasan dilakukannya inspeksi dan
palpasi pada septum (setelah dekongesti
dan anastesi mukosa) pada pasien yang baru saja mengalami trauma, terutama pada
anak-anak. Hal yang sama dilakukan pada pasien yang telah menjalani operasi
septal dan tidak dapat bernafas melalui hidung setelah pelepasan perban dibagian
dalam hidung.8
BAB III
KESIMPULAN
Abses septum nasi didefiinisikan sebagai terkumpulnya nanah
diantara kartilago atau septum tulang. Kebanyakan abses septum disebabkan oleh
trauma yang terkadang tidak disadari oleh pasien. Abses septum nasi spontan jarang
terjadi. Abses septum nasi sering didahului oleh hematoma septum nasi yang
kemudian terinfeksi bakteri dan menjadi abses. Gejala yang paling sering muncul
adalah obstruksi nasal bilateral atau hidung tersumbat yang progresif disertai
rasa nyeri yang hebat pada hidung, malaise, demam dan nyeri kepala dibagian
frontal.
Abses septum harus segera diobati sebagai kasus darurat
karena komplikasinya yang cukup berat, yaitu dalam waktu singkat dapat
menyebabkan nekrosis tulang rawan septum. Terapinya, dilakukan insisi dan
drainase nanah serta diberikan antibiotik dosis tinggi berspektrum luas. Untuk
nyeri dan demamnya diberikan obat analgetika. Untuk mencegah deformitas hidung,
bila sudah terdapat destruksi tulang perlu dilakukan rekonstruksi septum.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Soepardi A, Et Al. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Dan Leher. Edisi 6. Jakarta: FKUI.
2007.
2.
Richard SS. Anatomi Klinik Untuk
Mahasiswa Kedokteran. Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2006.
3.
Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2006.
4.
Adams GL, Boies LR, Higler PA. BOIES
buku ajar penyakit THT. Edisi 6 . jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 1997.
5.
Nizar N.W, Mangunkusumo E. Kelainan
Septum. Buku ajar Ilmu Kesehatan THT-KL. Jakarta: Balai Penerbit FKUI,1997.
6.
Bestari JB, Jon P. Diagnosis Dan
Penatalaksanaan Abses Septum Nasi. Departemen Ilmu Telinga Hidung Tenggorok
Bedah Kepala Leher Fakultas Kedokteran Universitas Andalas/RSUP Dr. M. Djamil
Padang. Padang. 2012. Diakses pada Tanggal 21 Maret 2016
7.
Yuritna H.
Abses Septum Nasi Dan Sinusitis Maksila. Departemen Ilmu Telinga
Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Sumatera Utara. 2012. Diakses pada tanggal 21 maret 2016
8.
Dani PP, Abses septum nasi. Departemen
Ilmu Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher Fakultas Kedokteran
universitas muhammadiyah semarang. Semarang. 2013. Diakses pada tanggal 21
maret 2016
9.
Ngo J. Nasal Septal Hematoma drainage. http://emedicine.medscape.com/article/149280
Diakses pada tanggal 21 maret 2016