Selasa, 09 Agustus 2016

REFERAT ABSES SEPTUM NASI

Diposting oleh Unknown di 00.27 0 komentar
BAB I
PENDAHULUAN

Hidung merupakan organ penting yang seharusnya mendapat perhatian lebih dari biasanya, adalah merupakan salah satu organ pelindung tubuh terpenting terhadap lingkungan yang tidak menguntungkan. Dari segi anatomis, hidung memiliki kavum nasi yang memiliki 4 buah dinding, yaitu medial, lateral, inferior dan superior. Dinding medial hidung adalah septum nasi yang dibentuk oleh tulang dan tulang rawan.3
Abses septum nasi adalah pus yang terkumpul di antara tulang rawan dengan mukoperikondrium atau tulang septum dengan mukoperiosteum yang melapisinya. Kasus ini sangat jarang ditemukan sehingga sangat sedikit dibicarakan dalam berbagai kepustakaan.1
Abses septum biasanya didahului oleh trauma hidung yang kadang-kadang sangat ringan sehingga tidak dirasakan oleh penderita, akibatnya timbul hematoma septum yang bila terinfeksi akan menjadi abses.1 Pada umumnya, abses septum nasi yang besar, terasa nyeri dan mukosa mengalami inflamasi dan ditutupi oleh eksudat.1
Abses septum dapat berakibat serius pada hidung oleh karena menyebabkan nekrosis kartilago septum yang kemudian menjadi destruksi dan lambat laun menjadi hidung pelana.1 Komplikasi yang sangat berbahaya berupa infeksi intrakranial sehingga setiap abses septum nasi harus dianggap sebagai kasus emergensi yang memerlukan penanganan yang tepat dan segera.1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1     ANATOMI HIDUNG
          Nares terdiri dari nares eksternus dan cavum nasi.2
a)       Nares Eksternus
          Hidung luar berbentuk piramid, dengan bagian-bagian yang terdiri dari ;
-     Anterior                    : Vestibulum Nasi
-     Posterior                    : Radix Nasi
-     Lateral                       : Ala Nasi
-     Medial                       : Septum Nasi
-     Superior/Keras          : Os Nasal dextra et sinistra, Proc. Frontalis ossis Maxillaris, Proc. Nasalis ossis Frontalis
-     Inferior/Lunak          : Cartilago Septum Nasi, Cartilago Nasi Lateralis, Cartilago Alaris Mayor, Cartilago Alaris Minor

Gambar 2.1 Anatomi Nares Eksternus
          Hidung luar dibentuk oleh kerangka dan tulang rawan yang dilapisi kulit, jaringan ikat, dan beberapa otot kecil yaitu Muskulus Nasalis pars transversa dan Muskulus Nasalis pars allaris. Kerja otot-otot tersebut menyebabkan nares dapat melebr dan menyempit. Batas atas nasi eksternus melekat pada Os Frontal sebaigai radiks (akar), antara radiks sampai apeks (puncak) disebut dorsum nasi. Dengan adanya cartilago maka nasi eksternus menjadi fleksibel.2
Vaskularisasi Nares Eksternus :
-   A. Nasalis anterior (cabang A. Etmoidalis yang merupakan cabang dari A. Oftalmika, cabang dri A. Carotis interna)
-   A. Nasalis posterior (cabang A. Sfenopalatina, cabang dari A. Maksillaris interna, cabang dari A. Carotis Interna)
-   A. Angularis (cabang dari A. Facialis)
Inervasi Nares Eksternus :
-   Cabang dari N. Oftalmikus (N. Supratroklearis, N.Infratroklearis)
-   Cabang dari N. Maxilaris (ramus eksternus N. Etmoidalis anterior)

b)      Cavum Nasi
          Cavum Nasi dipisahkan oleh Septum Nasi menjadi dua ruangan yang membentang dari Vestibulum Nasi sampai dengan Koana (apertura posterior). Kavum nasi ini berhubungan dengan sinus frontal, sinus sphenoidalis, fossa cranial anterior dan fossa cranial media.2 Batas-batas cavum nasi adalah :
-     Dasar/Inferior           : palatum durum,  proc. Palatines os maxillaris
-     Atap/superior            : lamina cribrosa ossis etmoidale, corpus ossis sphenoidalis, os frontal, os nasal, sebagian os vomer dan cartilago nasi
-     Medial                       : septum nasi, yang membagi kavum nasi menjadi 2 ruangan dextra dan sinistra.
-     Lateral                       : concha nasalis superior, concha nasalis media, concha nasalis inferior, os maxilla, os lakrima, os etmoid
-     Anterior                    : introitus cavum nasi
-     Posterior                    : choana

Gambar 2.2. Anatomi Cavum Nasi

Vaskularisasi cavum nasi :
-   Plexus Kiesselbach (Little’s Area) : A. Sphenopalatina, A. Palatina mayor, A. Labialis Superior, A. Etmoidalis Anterior
-   Plexus Woodruff : A. Sphenopalatina, A. Faringeal Ascendens dari A. Carotis Interna
-   A. Sphenopalatina cabang dari A. Maxillaris
-   A. Etmoidalis Anterior cabang dari A. Oftalmika
-   Vena tampak sebagai plexus yang terletak di submukosa yang berjalan bersama arteri.

Gambar 2.3 Vaskularisasi Cavum Nasi

Inervasi cavum nasi :
-   Anterior             : Nervus Etmoidalis Anterior dari Nervus trigeminus
-   Posterior                        : Serabut saraf dari ganglion pterygopalatinum masuk melalui foramen sphenopalatina kemudian menjadi Nervus Palatina Mayor menjadi Nervus Sphenopalatina

2.2.    ANATOMI SEPTUM NASI
            Septum membagi kavum nasi menjadi 2 ruang, kanan dan kiri. Septum nasi dibentuk oleh tulang dibagian posterior dan tulang rawan dibagian anterior. Septum nasi dilapisi oleh perikondrium pada bagian tulang rawan dan periosteum pada bagian tulang, sedangkan diluarnya dilapisi oleh mukosa hidung.2
Bagian tulang rawan adalah :
1)      Kartilago septum nasi (lamina kuadrangularis)
2)      Kolumela
Bagian tulang yang membentuk septum nasi :
1)      Kartilago kuadrangularis
2)      Lamina perpendikularis os ethmoid
3)      Os vomer
4)      Krista nasalis maksila.7


Gambar 2.4. Anatomi Kartilago Septum Nasi

Septum nasi terletak pada tulang penyangga yang terdiri dari (ventral ke dorsal) spina nasal anterior, premaksila, dan vomer. Pada bagian kaudal, kartilago septum nasi bebas bergerak dan berhubungan dengan kolumela oleh membran septum nasi. Pada bagian dorsal bersatu dengan lamina perpendikularis os ethmoid. Pada bagian Ventral, berhubungan dengan dua kartilago triangularis (kartilago lateral atas), dan bersama-sama membentuk kartilago vault dan batang hidung.2
Bagian tulang septum nasi terdiri dari lamina perpendikularis os ethmoid, premaksilaris dan os vomer yang merupakan perluasan dari rostrum sphenoid.7 Kerangka tulang rawan dari septum nasi dan kartilago lateral atas yang berbentuk “T” memberi kekuatan yang cukup untuk menahan tekanan dari tulang di sekitarnya. Kartilago kuadrangularis adalah bagian medial kerangka “T” hidung.2
Kaudal hidung sampai di daerah inferior septum nasi terletak pada krista maksilaris dan diikat oleh perikondrium dan periosteum.7 Reseksi atau destruksi dari tulang rawan tersebut akibat trauma atau operasi pengangkatan kartilago kuadrangularis yang berlebihan akan mengakibatkan bentuk hidung seperti pelana.2
Septum nasi terdiri dari 3 bagian :
a)      Septum kollumelar
Septum kollumelar dibentuk oleh kollumela yang terdiri dari crura medial dari alar cartilage yang bersatu dengan jaringan fibrous dan diselimuti oleh kulit.2
b)      Septum membrane
Septum membrane terdiri dari dua lapisan kulit tanpa disokong oleh tulang atau kartilago. Septum ini terletak diantara kollmela dan batas kaudal kartilgo septal. Bagian kollumela dan membrane adalah bagian yang gampang digerakkan.2
c)      Septum yang sebenarnya
Septum ini terdiri dari kerangka osteokartilago yang diselimuti oleh membrane mukosa nasal.2
Vaskularisasi Septum Nasi :
-        Anterosuperior septum nasi dan dinding lateral memperoleh perdarahan dari arteri ethmoidalis anterior dan posterior,
-        Posteroinferior septum nasi memperoleh dari arteri sfenopalatina dan arteri maksilaris interna.
-        Pada bagian kaudal septum nasi terdapat pleksus Kiesselbach yang terletak tepat di belakang vestibulum. Pleksus ini merupakan anastomosis dari arteri sfenopalatina, arteri etmoidalis anterior, arteri palatina mayor. Area ini paling sering menjadi sumberperdarahan atau epistaksis.7,8

2.3. FISIOLOGI HIDUNG
1)      Sebagai jalan nafas
Pada inspirasi, udara masuk melalui nares anterior, lalu naik ke atas setinggi konka media dan kemudian turun kebawah ke arah nasofaring, sehingga aliran udara ini berbentuk lengkungan atau arkus. Pada ekspirasi, udara masuk melalui koana dan kemudian mengikuti jalan yang sama seperti udara inspirasi. Akan tetapi dibagian depan aliran udara memecah, sebagian lain kembali ke belakang membantuk pusaran dan bergabung dengan aliran dari nasofaring.3
2)      Pengatur kondisi udara (air conditioning)
Fungsi hidung sebagai pengatur kondisi udara perlu untuk mempersiapkan udara yang akan masuk ke dalam alveolus.3 Fungsi ini dilakukan dengan cara :
a.         Mengatur kelembaban udara. Fungsi ini dilakukan oleh selaput lendir. Pada musim panas, udara hampir jenuh oleh uap air, penguapan dari lapisan ini sedikit, sedangkan pada musim dingin akan terjadi sebaliknya.3
b.         Mengatur suhu. Fungsi ini dimungkinkan karena banyaknya pembuluh darah dibawah epitel dan adanya permukaan konka dan septum yang luas, sehingga radiasi dapat berlangsung secara optimal. Dengan demikian suhu udara setelah melalui hidung kurang lebih 37oC.3
3)      Sebagai penyaring dan pelindung
Fungsi ini berguna untuk membersihkan udara insipirasi dari debu dan bakteri dan dilakukan oleh :
a.         Rambut (vibrissae) pada vestibulum nasi
b.         Silia
c.         Palut lendir (mucous blanket). Debu dan bakteri akan melekat pada palut lendir dan partikel-partikel yang besarakan dikeluarkan dengan refleks bersin. Palut lendir ini akan dialirkan kenasofaring oleh gerakan silia.
d.        Enzim yang dapat menghancurkan beberapa jenis bakteri, disebut lysozime.
4)      Indra penghidu
Dengan adanya mukosa olfaktorius pada atap rongga hidung, konka superior dan sepertiga bagian atas septum. Partikel bau dapat mencapai daerah ini dengan cara difusi dengan palut lendir atau bila menarik nafas dengan kuat.3
5)      Resonansi suara
Penting untuk kualitas suara ketika berbicara dan menyanyi. Sumbatan hidung akan menyebabkan resonansi berkurang atau hilang, sehingga terdengar suara sengau.3
6)      Proses bicara
Membantu proses pembentukan kata dengan konsonan nasal (m,n,ng) dimana rongga mulut tertutup dan rongga hidung terbuka, palatum molle turun untuk aliran udara.3
7)      Refleks nasal
Mukosa hidung merupakan reseptor refleks yang berhubungan dengan saluran cerna, kardiovaskuler dan pernafasan. Contoh : iritasi mukosa hidung menyebabkan refleks bersin dan nafas terhenti. Rangsang bau tertentu menyebabkan sekresi kelenjar liur, lambung dan pankreas.3




2.4.      DEFINISI ABSES SEPTUM NASI
            Abses septum nasi adalah pus yang terkumpul di antara tulang rawan dengan mukoperikondrium atau tulang septum dengan mukoperiosteum yang melapisinya. Biasanya terjadi pada kedua sisi rongga hidung, dan sering merupakan komplikasi dari hematoma septum yang terinfeksi bakteri piogenik.1,4


Gambar 2.5. Abses Pada Septum Nasi

2.5.       ETIOLOGI
            Penyebab paling sering dari abses septum adalah trauma (75%). Penyebab lain adalah akibat penyebaran dari sinusitis etmoid dan sinusitis sfenoid. Disamping itu dapat juga akibat penyebaran dari infeksi gigi.2,5 Lo (2004) menemukan 7% abses septum disebabkan oleh trauma akibat tindakan septomeatoplasti.6 Penyebab lain adalah trauma hidung akibat kecelakaan, perkelahian, cedera saat olahraga ataupun trauma yang sangat ringan sehingga tidak dirasakan penderita seperti mengorek kotoran hidung atau mencabut bulu hidung, diathesis perdarahan, dan kekerasan pada anak.1,4
Organisme yang paling sering didapat dari hasil kultur pada abses septum Staphylococcus aureus. Kadang-kadang ditemukan Streptococcus pneumoniae, Streptococcus β hemolyticus, Haemophilus influenzae dan organisme anaerob.6 Dispenza10 memberikan istilah pada supurasi septum akibat trauma sebagai abses septum primer, sedangkan penyebab lainnya dianggap sebagai abses septum nasi sekunder. Abses septum nasi dapat terjadi secara spontan pada pasien sindrom imunodefisiensi didapat.1,4

2.6.    EPIDEMIOLOGI
            Abses septum merupakan kasus yang jarang ditemukan. Laki-laki lebih sering dibandingkan wanita. Hal ini dihubungkan dengan agresivitas dan aktivitas mereka sehingga insidens trauma mudah terjadi. Sebanyak 74% mengenai umur dibawah 31 tahun dan 42% mengenai umur diantara 2-14 tahun dan jarang usia lanjut. Lokasi yang paling sering ditemukan adalah pada bagian anterior tulang rawan septum. Dikutip dari Jalaludin4 , Eavei mendapatkan 3 kasus abses septum nasi dalam waktu 10 tahun terakhir di Children’s hospital Los Angeles. Fearon4 mendapatkan 43 kasus abses septum nasi dalam periode 8 tahun di Hospital for Sick Children di Toronto. Dikutip oleh Jalaluddin, Ambrus menyatakan pada dekade terakhir ini didapatkan hanya 14 kasus abses septum nasi, termasuk 16 kasus yang terjadi lebih dari periode 10 tahun di Massachusetts Eye and Ear Infirmary. Di Rumah Sakit M. DJamil Padang didapatkan 3 kasus abses septum nasi dalam waktu 2 tahun terakhir. 6,7

2.7. PATOFISIOLOGI
Patogenesis abses septum biasanya tergantung dari penyebabnya. Penyebab paling sering adalah terjadi setelah trauma, sehingga timbul hematoma septum. Hematoma septum nasi terjadi akibat trauma pada septum nasi yang merobek pembuluh darah yang berbatasan dengan tulang rawan septum nasi. Darah akan terkumpul pada ruang di antara tulang rawan dan mukoperikondrium. Hematoma ini akan memisahkan tulang rawan dari mukoperikondrium, sehingga aliran darah sebagai nutrisi bagi jaringan tulang rawan terputus, maka terjadilah nekrosis.4
Tulang rawan septum nasi yang tidak mendapatkan aliran darah masih dapat bertahan hidup selama 3 hari, setelah itu kondrosit akan mati dan resorpsi tulang rawan akan terjadi. Bila tidak segera ditanggulangi, maka tulang septum nasi dan triangular kartilago dapat ikut terlibat dan perforasi septum nasi dapat terjadi. Pada akhirnya sedikit atau banyak akan terjadi parut dan hilangnya penyangga pada 2/3 kaudal septum, ini akan menghasilkan hidung pelana, retraksi kolumella, dan pelebaran dasar hidung.4
 Jika ada fraktur tulang rawan, maka darah akan mengalir ke sisi kontralateral dan terjadilah hematom septum bilateral. Hematom yang terjadi dapat besar sehingga dapat menyumbat kedua nares. Akibat keadaan yang relatif kurang steril di bagian anterior hidung, hematoma septum nasi dapat terinfeksi dan akan cepat berubah menjadi abses septum nasi yang mempercepat resorpsi tulang rawan yang nekrotik. 1,4
Staphylococcus aureus merupakan organisme yang paling sering ditemukan pada hasil kultur abses septum nasi. Begitu pula Streptococcus pneumoniae, streptococcus milleri, Streptococcus viridians, Staphylococcus epidermis, Haemophillus influenza dan kuman anaerob juga ditemukan pada abses septum nasi. 1,4
Tidak semua hematom septum nasi berkembang menjadi abses, bila sembuh dengan terapi antibiotik akan terbentuk jaringan ikat, sehingga akan terjadi penebalan jaringan septum nasi yang dapat menyebabkan obstruksi saluran nafas dan retraksi yang menimbulkan kontraktur septum nasi. Bila keadaan ini terjadi pada masa anak-anak, akan mempengaruhi pertumbuhan 2/3 bagian wajah yang dapat menyebabkan hipoplasia maksila.6
Selain dari trauma ada beberapa mekanisme yang menyebabkan timbulnya abses septum, yaitu penyebaran langsung dari jaringan lunak yang berasa dari infeksi sinus. Disamping itu infeksi pada septum nasi dapat masuk ke dalam sinus kavernosus sehingga akan terjadi trombosis dan atau meningitis. Pada beberapa kondisi abses septum bisa diakibatkan trauma pada saat operasi hidung.6

2.8.    GEJALA KLINIS
          Gejala abses septum nasi adalah hidung tersumbat yang progresif disertai rasa nyeri yang hebat. Rasa nyeri terutama dirasakan di daerah dorsum nasi terutama dipuncak hidung. Disamping itu, dijumpai gejala sistemik berupa demam dan menggigil serta nyeri kepala dibagian frontal. Kulit di sekitar hidung dapat berwarna merah dan membengkak.6,7,8

2.9. DIAGNOSIS
          Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Sebagian besar abses septum nasi biasanya mempunyai riwayat trauma, kadang-kadang penderita tidak menyadari terjadinya trauma tersebut. Trauma septum nasi dan mukosa dapat terjadi tanpa adanya cedera hidung luar. Abses septum nasi sering timbul 24-48 jam setelah trauma, terutama pada dewasa muda dan anak.6
          Gejala abses septum nasi adalah hidung tersumbat yang progresif disertai rasa nyeri. Rasa nyeri terutama dirasakan di daerah dorsum nasi terutama di puncak hidung. Disamping itu, dijumpai gejala sistemik berupa demam dan menggigil serta nyeri kepala dibagian frontal. 6,7,8
Perlu ditanyakan riwayat operasi hidung sebelumnya, gejala peradangan hidung dan sinus paranasal, furunkel intra nasal, penyakit gigi dan penyakit sistemik. 6
Akibat trauma hidung, terkadang pada inspeksi masih tampak kelainan berupa eskoriasi, laserasi kulit, epistaksis, deformitas hidung, edema dan ekimosis. Pemeriksaan sebaiknya tanpa menggunakan spekulum hidung. Tampak pembengkakan septum berbentuk bulat dengan permukaan licin pada kedua sisi. 6
Identifikasi abses septum nasi sangat mudah bagi para ahli, tetapi tidak jarang dokter gagal dalam mengamati keadaan ini. Karena kegagalan dalam mengidentifikasi hematoma atau abses septum nasi cukup banyak, maka diperlukan pemeriksaan intra nasal yang teliti. Jika penderita tidak kooperatif, misalnya pada anak-anak, pemeriksaan dapat dilakukan dengan anestesi umum. 6
Pada pemeriksaan rinoskopi anterior, seluruh septum nasi harus diperiksa dari kaudal septum nasi sampai nasofaring. Tampak pembengkakan unilateral ataupun bilateral, mulai tepat di belakang kolumella meluas ke posterior dengan jarak bervariasi. 6
Perubahan warna menjadi kemerahan atau kebiruan pada daerah septum nasi yang membengkak menunjukkan suatu hematoma. Daerah yang dicurigai dipalpasi dengan forsep bayonet atau aplikator kapas untuk memeriksa adanya fluktuasi dan nyeri tekan. Pada palpasi dapat ditemukan nyeri tekan. 6
Diagnosis pasti abses septum nasi adalah dengan melakukan aspirasi pada daerah yang paling fluktuasi. Pada aspirasi akan didapatkan pus pada abses septum nasi, sedangkan dari hematoma septum nasi akan keluar darah. 6,7
Beberapa penulis menyarankan tindakan rutin berupa aspirasi sebelum diberikan tindakan operatif. Pus yang diperoleh sebaiknya diperiksakan di laboratorium untuk menentukan jenis kuman dan tes sensitifitas terhadap antibiotik. Selain bernilai diagnostik, aspirasi juga berguna untuk mengurangi ketegangan jaringan di daerah abses septum nasi dan mengurangi kemungkinan komplikasi ke intrakranial. 6,7
Pemeriksaan laboratorium darah akan menunjukkan leukositosis. Pemeriksaan foto rontgen sinus paranasal atau CT scan harus dilakukan untuk mencari etiologi ataupun komplikasi. 6,7

2.10. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1)      Pemeriksaan foto rontgen sinus paranasal atau CT scan
          Abses septum nasi memiliki penampakan yang khas pada pemeriksaan CT scan sebagai akumulasi cairan dengan peninggian pinggiran yang tipis yang melibatkan septum nasi. Hasil pemeriksaan CT scan pada pemeriksaan abses  septum nasi adalah kumpulan cairan yang berdinding tipis dengan perubahan peradangan didaerah sekitarnya, sama dengan yang terlihat pada abses dibagian tubuh yang lain.8


Gambar 2.6. Pemeriksaan CT scan pada kavum nasi yang memperlihatkan pengumpulan cairan yang berdinding tipis dan seperti kista yang melibatkan kartilago septum nasi (tanda panah besar). Perhatikan pembengkakan pada jaringan nasi disekitarnya (panah kecil). 8


Gambar 2.7. Pemeriksaan CT scan pada korona sinus paranasal yang memeperlihatkan adanya abses nasi. 8

2)      Laboratorium8
-               Darah Lengkap akan menunjukkan hasil leukositosis.
-               Kultur bakteri : Organisme yang paling sering didapat dari hasil kultur pada abses septum Staphylococcus aureus. Kadang-kadang ditemukan Streptococcus pneumoniae, Streptococcus β hemolyticus, Haemophilus influenzae dan organisme anaerob.
-               Tes Sensitifitas Antibiotik

2.11. DIAGNOSA BANDING
          Diagnosa banding abses septum adalah :
a)             Hematoma septum. Suatu kondisi yang ditandai dengan pembengkakan, memar atau perdarahan di dalam septum nasi yang diakibatkan karena cidera. Apabila dibiarkan akan menimbulkan sebuah lubang pada daerah yang memisahkan dua cuping hidung. Keadaaan ini dapat menyebabkan hidung tersumbat atau menguncup pada daerah yang terkena hematom, akibatnya terjadi kelainan bentuk yang disebut saddle nose, suatu keadaan dimana jaringan penunjang hidung melemah.6,7,8
b)             Septum deviasi. Suatu keadaan dimana terjadi peralihan posisi dari septum nasi dari letaknya yang berada digaris medial tubuh. Deviasi septum yang ringan tidak akan mengganggu, akan tetapi bila deviasi cukup berat akan menyebabkan penyempitan pada satu sisi hidung. Dengan demikian akan mengganggu fisiologi hidung.6,7,8
c)             Furunkulosis dan vestibulitis. Infeksi yang luas dan invasif dari kelenjar sebasea atau folikel rambut, yang melibatkan jaringan subkutan membentuk furunkulosis dan vestibulitis dapat menyebabkan abses septum. Kuman penyebab biasanya ditemukan Staphylococcus aureus.6,7,8

2.12. PENATALAKSANAAN
            Hematoma atau abses septum nasi harus dianggap sebagai kasus darurat dalam bidang THT dan tindakan penanggulangannya harus segera dilakukan untuk mencegah komplikasi. Penatalaksanaan abses septum nasi yang dianjurkan saat ini yaitu :6,9
-        Insisi dan drainase
-        Antibiotik parenteral dosis tinggi berspektrum luas
-        Analgetika untuk nyeri dan demam
-        Rekonstruksi defek septum
Tujuan dari rekonstruksi adalah untuk menyangga dorsum nasi, memelihara keutuhan dan ketebalan septum, mencegah perforasi septum yang lebih besar dan mencegah obstruksi nasal akibat deformitas.6,9
Insisi dan drainase abses septum nasi dapat dilakukan dalam anestesi lokal atau anestesi umum. Sebelum insisi terlebih dahulu dilakukan aspirasi abses dan dikirim ke laboratorium untuk pemeriksaan kultur dan tes sensitifitas. 6,9
Insisi dilakukan 2 mm dari kaudal kartilago kira-kira perbatasan antara kulit dan mukosa (hemitransfiksi) atau caudal septal incision (CSI) pada daerah sisi kiri septum nasi. Septum nasi dibuka secara perlahan-lahan tanpa merusak mukosa. Jaringan granulasi, debris dan kartilago yang nekrosis diangkat dengan menggunakan kuret dan suction. Sebaiknya semua jaringan kartilago yang patologis diangkat. 6,9
Dilakukan pemasangan tampon anterior yang tiap hari diganti dan dipertahankan selama 2 sampai 3 hari dan pemasangan salir untuk mencegah rekurensi. 6,9
Drainase bilateral merupakan kontraindikasi karena dapat menyebabkan perforasi septum nasi. Pada abses bilateral atau nekrosis dari tulang rawan septum nasi dianjurkan untuk segera melakukan eksplorasi dan rekonstruksi septum nasi dengan pemasangan implan tulang rawan. 6,9
          Cangkokan dari septum tulang merupakan pilihan pertama. Bahan cangkokan dapat diambil dari septum tulang, iga, aurikel atau bank jaringan. Akan tetapi pada anak kecil, bahan cangkokan dari kartilago iga alogenik merupakan pilihan terbaik. 6,9

Gambar 2.8 (a) dan (b) Teknik insisi abses septum, (c) Pemasangan Drain Penrose.9


2.13. KOMPLIKASI
          Kerusakan tulang rawan akibat hematoma atau abses, akan digantikan oleh jaringan ikat. Kontraktur jaringan dan hilangnya penyangga pada bagian dorsum hidung merupakan komplikasi abses septum yang dapat menimbulkan hidung pelana, retraksi kolumela dan pelebaran dasar hidung. Kadang-kadang dapat timbul fasial selulitis. Nekrosis pada setiap komponen septum nasi dapat menyebabkan terjadinya perforasi septum nasi.1,4
Bila infeksi tidak diterapi dengan antibiotika yang adekuat dapat timbul perforasi septum, penyebaran infeksi melalui darah sehingga dapat timbul meningitis, trombosis sinus kavernosis dan sepsis.6
          Deformitas dan gangguan fungsi hidung akibat abses septum nasi dapat dibedakan dalam tiga proses dibawah ini :6
1)             Hilangnya sanggahan mekanik dari kartilago piramid dan lobul
2)             Retraksi dan atrofi jaringan ikat
3)             Gangguan pertumbuhan hidung dan muka bagian tengah.
Selain kosmetik, abses septum nasi dapat juga menimbulkan komplikasi yang berat dan berbahaya bila terjadi penjalaran infeksi ke intrakranial berupa meningitis,abses otak dan empiema subaraknoid.6
Penjalaran ke intrakranial dapat melalui berbagai jalan :
1)             Pertama, melalui pembuluh-pembuluh vena dari segitiga berbahaya, yaitu daerah di dalam garis segitiga dari glabela ke kedua sudut mulut.Vena-vena tersebut melalui vena angularis, vena oftalmika, vena etmoidalis, yang akan bermuara di sinus kavernosus.6
2)             Kedua, infeksi masuk melalui mukosa hidung kemudian melalui pembuluh limfe atau pembuluh darah bermuara di sinus longitudinal dorsalis dan sinus lateralis.6
3)             Ketiga, melalui saluran limfe dari meatus superior melalui lamina kribriformis dan lamina perpendikularis os etmoid yang bermuara ke ruang subaraknoid.6
4)             Keempat, invasi langsung dapat terjadi pada saat operasi, erosi lokal diduga dapat juga merupakan jalan atau kebetulan ada kelainan kongenital.6
5)             Kelima, selubung perineural diduga dapat juga merupakan jalannya penjalaran infeksi, dalam hal ini selubung olfaktorius yang menuju intrakranial melalui lamina kribriformis. Penjalaran infeksi ke organ organ di sekitar hidung dapat juga melalui saluran limfe dan selubung saraf olfaktorius sehingga terjadi infeksi ke orbita dan sinus paranasal. 6

2.14. PENCEGAHAN
          Abses septum dapat dikenali dengan mengenali dan menangani hematoma septum pada tahap awal. Ini merupakan alasan dilakukannya inspeksi dan palpasi pada septum  (setelah dekongesti dan anastesi mukosa) pada pasien yang baru saja mengalami trauma, terutama pada anak-anak. Hal yang sama dilakukan pada pasien yang telah menjalani operasi septal dan tidak dapat bernafas melalui hidung setelah pelepasan perban dibagian dalam hidung.8



BAB III
KESIMPULAN

          Abses septum nasi didefiinisikan sebagai terkumpulnya nanah diantara kartilago atau septum tulang. Kebanyakan abses septum disebabkan oleh trauma yang terkadang tidak disadari oleh pasien. Abses septum nasi spontan jarang terjadi. Abses septum nasi sering didahului oleh hematoma septum nasi yang kemudian terinfeksi bakteri dan menjadi abses. Gejala yang paling sering muncul adalah obstruksi nasal bilateral atau hidung tersumbat yang progresif disertai rasa nyeri yang hebat pada hidung, malaise, demam dan nyeri kepala dibagian frontal.
          Abses septum harus segera diobati sebagai kasus darurat karena komplikasinya yang cukup berat, yaitu dalam waktu singkat dapat menyebabkan nekrosis tulang rawan septum. Terapinya, dilakukan insisi dan drainase nanah serta diberikan antibiotik dosis tinggi berspektrum luas. Untuk nyeri dan demamnya diberikan obat analgetika. Untuk mencegah deformitas hidung, bila sudah terdapat destruksi tulang perlu dilakukan rekonstruksi septum.



DAFTAR PUSTAKA


1.             Soepardi A, Et Al. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Dan Leher. Edisi 6. Jakarta: FKUI. 2007.

2.             Richard SS. Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran. Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2006.

3.             Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2006.

4.             Adams GL, Boies LR, Higler PA. BOIES buku ajar penyakit THT. Edisi 6 . jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 1997.

5.             Nizar N.W, Mangunkusumo E. Kelainan Septum. Buku ajar Ilmu Kesehatan THT-KL. Jakarta: Balai Penerbit FKUI,1997.

6.             Bestari JB, Jon P. Diagnosis Dan Penatalaksanaan Abses Septum Nasi. Departemen Ilmu Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher Fakultas Kedokteran Universitas Andalas/RSUP Dr. M. Djamil Padang. Padang. 2012. Diakses pada Tanggal 21 Maret 2016

7.             Yuritna H. Abses Septum Nasi Dan Sinusitis Maksila. Departemen Ilmu Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Sumatera Utara. 2012. Diakses pada tanggal 21 maret 2016

8.             Dani PP, Abses septum nasi. Departemen Ilmu Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher Fakultas Kedokteran universitas muhammadiyah semarang. Semarang. 2013. Diakses pada tanggal 21 maret 2016

9.             Ngo J. Nasal Septal Hematoma drainage. http://emedicine.medscape.com/article/149280 Diakses pada tanggal 21 maret 2016


Selasa, 09 Agustus 2016

REFERAT ABSES SEPTUM NASI

BAB I
PENDAHULUAN

Hidung merupakan organ penting yang seharusnya mendapat perhatian lebih dari biasanya, adalah merupakan salah satu organ pelindung tubuh terpenting terhadap lingkungan yang tidak menguntungkan. Dari segi anatomis, hidung memiliki kavum nasi yang memiliki 4 buah dinding, yaitu medial, lateral, inferior dan superior. Dinding medial hidung adalah septum nasi yang dibentuk oleh tulang dan tulang rawan.3
Abses septum nasi adalah pus yang terkumpul di antara tulang rawan dengan mukoperikondrium atau tulang septum dengan mukoperiosteum yang melapisinya. Kasus ini sangat jarang ditemukan sehingga sangat sedikit dibicarakan dalam berbagai kepustakaan.1
Abses septum biasanya didahului oleh trauma hidung yang kadang-kadang sangat ringan sehingga tidak dirasakan oleh penderita, akibatnya timbul hematoma septum yang bila terinfeksi akan menjadi abses.1 Pada umumnya, abses septum nasi yang besar, terasa nyeri dan mukosa mengalami inflamasi dan ditutupi oleh eksudat.1
Abses septum dapat berakibat serius pada hidung oleh karena menyebabkan nekrosis kartilago septum yang kemudian menjadi destruksi dan lambat laun menjadi hidung pelana.1 Komplikasi yang sangat berbahaya berupa infeksi intrakranial sehingga setiap abses septum nasi harus dianggap sebagai kasus emergensi yang memerlukan penanganan yang tepat dan segera.1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1     ANATOMI HIDUNG
          Nares terdiri dari nares eksternus dan cavum nasi.2
a)       Nares Eksternus
          Hidung luar berbentuk piramid, dengan bagian-bagian yang terdiri dari ;
-     Anterior                    : Vestibulum Nasi
-     Posterior                    : Radix Nasi
-     Lateral                       : Ala Nasi
-     Medial                       : Septum Nasi
-     Superior/Keras          : Os Nasal dextra et sinistra, Proc. Frontalis ossis Maxillaris, Proc. Nasalis ossis Frontalis
-     Inferior/Lunak          : Cartilago Septum Nasi, Cartilago Nasi Lateralis, Cartilago Alaris Mayor, Cartilago Alaris Minor

Gambar 2.1 Anatomi Nares Eksternus
          Hidung luar dibentuk oleh kerangka dan tulang rawan yang dilapisi kulit, jaringan ikat, dan beberapa otot kecil yaitu Muskulus Nasalis pars transversa dan Muskulus Nasalis pars allaris. Kerja otot-otot tersebut menyebabkan nares dapat melebr dan menyempit. Batas atas nasi eksternus melekat pada Os Frontal sebaigai radiks (akar), antara radiks sampai apeks (puncak) disebut dorsum nasi. Dengan adanya cartilago maka nasi eksternus menjadi fleksibel.2
Vaskularisasi Nares Eksternus :
-   A. Nasalis anterior (cabang A. Etmoidalis yang merupakan cabang dari A. Oftalmika, cabang dri A. Carotis interna)
-   A. Nasalis posterior (cabang A. Sfenopalatina, cabang dari A. Maksillaris interna, cabang dari A. Carotis Interna)
-   A. Angularis (cabang dari A. Facialis)
Inervasi Nares Eksternus :
-   Cabang dari N. Oftalmikus (N. Supratroklearis, N.Infratroklearis)
-   Cabang dari N. Maxilaris (ramus eksternus N. Etmoidalis anterior)

b)      Cavum Nasi
          Cavum Nasi dipisahkan oleh Septum Nasi menjadi dua ruangan yang membentang dari Vestibulum Nasi sampai dengan Koana (apertura posterior). Kavum nasi ini berhubungan dengan sinus frontal, sinus sphenoidalis, fossa cranial anterior dan fossa cranial media.2 Batas-batas cavum nasi adalah :
-     Dasar/Inferior           : palatum durum,  proc. Palatines os maxillaris
-     Atap/superior            : lamina cribrosa ossis etmoidale, corpus ossis sphenoidalis, os frontal, os nasal, sebagian os vomer dan cartilago nasi
-     Medial                       : septum nasi, yang membagi kavum nasi menjadi 2 ruangan dextra dan sinistra.
-     Lateral                       : concha nasalis superior, concha nasalis media, concha nasalis inferior, os maxilla, os lakrima, os etmoid
-     Anterior                    : introitus cavum nasi
-     Posterior                    : choana

Gambar 2.2. Anatomi Cavum Nasi

Vaskularisasi cavum nasi :
-   Plexus Kiesselbach (Little’s Area) : A. Sphenopalatina, A. Palatina mayor, A. Labialis Superior, A. Etmoidalis Anterior
-   Plexus Woodruff : A. Sphenopalatina, A. Faringeal Ascendens dari A. Carotis Interna
-   A. Sphenopalatina cabang dari A. Maxillaris
-   A. Etmoidalis Anterior cabang dari A. Oftalmika
-   Vena tampak sebagai plexus yang terletak di submukosa yang berjalan bersama arteri.

Gambar 2.3 Vaskularisasi Cavum Nasi

Inervasi cavum nasi :
-   Anterior             : Nervus Etmoidalis Anterior dari Nervus trigeminus
-   Posterior                        : Serabut saraf dari ganglion pterygopalatinum masuk melalui foramen sphenopalatina kemudian menjadi Nervus Palatina Mayor menjadi Nervus Sphenopalatina

2.2.    ANATOMI SEPTUM NASI
            Septum membagi kavum nasi menjadi 2 ruang, kanan dan kiri. Septum nasi dibentuk oleh tulang dibagian posterior dan tulang rawan dibagian anterior. Septum nasi dilapisi oleh perikondrium pada bagian tulang rawan dan periosteum pada bagian tulang, sedangkan diluarnya dilapisi oleh mukosa hidung.2
Bagian tulang rawan adalah :
1)      Kartilago septum nasi (lamina kuadrangularis)
2)      Kolumela
Bagian tulang yang membentuk septum nasi :
1)      Kartilago kuadrangularis
2)      Lamina perpendikularis os ethmoid
3)      Os vomer
4)      Krista nasalis maksila.7


Gambar 2.4. Anatomi Kartilago Septum Nasi

Septum nasi terletak pada tulang penyangga yang terdiri dari (ventral ke dorsal) spina nasal anterior, premaksila, dan vomer. Pada bagian kaudal, kartilago septum nasi bebas bergerak dan berhubungan dengan kolumela oleh membran septum nasi. Pada bagian dorsal bersatu dengan lamina perpendikularis os ethmoid. Pada bagian Ventral, berhubungan dengan dua kartilago triangularis (kartilago lateral atas), dan bersama-sama membentuk kartilago vault dan batang hidung.2
Bagian tulang septum nasi terdiri dari lamina perpendikularis os ethmoid, premaksilaris dan os vomer yang merupakan perluasan dari rostrum sphenoid.7 Kerangka tulang rawan dari septum nasi dan kartilago lateral atas yang berbentuk “T” memberi kekuatan yang cukup untuk menahan tekanan dari tulang di sekitarnya. Kartilago kuadrangularis adalah bagian medial kerangka “T” hidung.2
Kaudal hidung sampai di daerah inferior septum nasi terletak pada krista maksilaris dan diikat oleh perikondrium dan periosteum.7 Reseksi atau destruksi dari tulang rawan tersebut akibat trauma atau operasi pengangkatan kartilago kuadrangularis yang berlebihan akan mengakibatkan bentuk hidung seperti pelana.2
Septum nasi terdiri dari 3 bagian :
a)      Septum kollumelar
Septum kollumelar dibentuk oleh kollumela yang terdiri dari crura medial dari alar cartilage yang bersatu dengan jaringan fibrous dan diselimuti oleh kulit.2
b)      Septum membrane
Septum membrane terdiri dari dua lapisan kulit tanpa disokong oleh tulang atau kartilago. Septum ini terletak diantara kollmela dan batas kaudal kartilgo septal. Bagian kollumela dan membrane adalah bagian yang gampang digerakkan.2
c)      Septum yang sebenarnya
Septum ini terdiri dari kerangka osteokartilago yang diselimuti oleh membrane mukosa nasal.2
Vaskularisasi Septum Nasi :
-        Anterosuperior septum nasi dan dinding lateral memperoleh perdarahan dari arteri ethmoidalis anterior dan posterior,
-        Posteroinferior septum nasi memperoleh dari arteri sfenopalatina dan arteri maksilaris interna.
-        Pada bagian kaudal septum nasi terdapat pleksus Kiesselbach yang terletak tepat di belakang vestibulum. Pleksus ini merupakan anastomosis dari arteri sfenopalatina, arteri etmoidalis anterior, arteri palatina mayor. Area ini paling sering menjadi sumberperdarahan atau epistaksis.7,8

2.3. FISIOLOGI HIDUNG
1)      Sebagai jalan nafas
Pada inspirasi, udara masuk melalui nares anterior, lalu naik ke atas setinggi konka media dan kemudian turun kebawah ke arah nasofaring, sehingga aliran udara ini berbentuk lengkungan atau arkus. Pada ekspirasi, udara masuk melalui koana dan kemudian mengikuti jalan yang sama seperti udara inspirasi. Akan tetapi dibagian depan aliran udara memecah, sebagian lain kembali ke belakang membantuk pusaran dan bergabung dengan aliran dari nasofaring.3
2)      Pengatur kondisi udara (air conditioning)
Fungsi hidung sebagai pengatur kondisi udara perlu untuk mempersiapkan udara yang akan masuk ke dalam alveolus.3 Fungsi ini dilakukan dengan cara :
a.         Mengatur kelembaban udara. Fungsi ini dilakukan oleh selaput lendir. Pada musim panas, udara hampir jenuh oleh uap air, penguapan dari lapisan ini sedikit, sedangkan pada musim dingin akan terjadi sebaliknya.3
b.         Mengatur suhu. Fungsi ini dimungkinkan karena banyaknya pembuluh darah dibawah epitel dan adanya permukaan konka dan septum yang luas, sehingga radiasi dapat berlangsung secara optimal. Dengan demikian suhu udara setelah melalui hidung kurang lebih 37oC.3
3)      Sebagai penyaring dan pelindung
Fungsi ini berguna untuk membersihkan udara insipirasi dari debu dan bakteri dan dilakukan oleh :
a.         Rambut (vibrissae) pada vestibulum nasi
b.         Silia
c.         Palut lendir (mucous blanket). Debu dan bakteri akan melekat pada palut lendir dan partikel-partikel yang besarakan dikeluarkan dengan refleks bersin. Palut lendir ini akan dialirkan kenasofaring oleh gerakan silia.
d.        Enzim yang dapat menghancurkan beberapa jenis bakteri, disebut lysozime.
4)      Indra penghidu
Dengan adanya mukosa olfaktorius pada atap rongga hidung, konka superior dan sepertiga bagian atas septum. Partikel bau dapat mencapai daerah ini dengan cara difusi dengan palut lendir atau bila menarik nafas dengan kuat.3
5)      Resonansi suara
Penting untuk kualitas suara ketika berbicara dan menyanyi. Sumbatan hidung akan menyebabkan resonansi berkurang atau hilang, sehingga terdengar suara sengau.3
6)      Proses bicara
Membantu proses pembentukan kata dengan konsonan nasal (m,n,ng) dimana rongga mulut tertutup dan rongga hidung terbuka, palatum molle turun untuk aliran udara.3
7)      Refleks nasal
Mukosa hidung merupakan reseptor refleks yang berhubungan dengan saluran cerna, kardiovaskuler dan pernafasan. Contoh : iritasi mukosa hidung menyebabkan refleks bersin dan nafas terhenti. Rangsang bau tertentu menyebabkan sekresi kelenjar liur, lambung dan pankreas.3




2.4.      DEFINISI ABSES SEPTUM NASI
            Abses septum nasi adalah pus yang terkumpul di antara tulang rawan dengan mukoperikondrium atau tulang septum dengan mukoperiosteum yang melapisinya. Biasanya terjadi pada kedua sisi rongga hidung, dan sering merupakan komplikasi dari hematoma septum yang terinfeksi bakteri piogenik.1,4


Gambar 2.5. Abses Pada Septum Nasi

2.5.       ETIOLOGI
            Penyebab paling sering dari abses septum adalah trauma (75%). Penyebab lain adalah akibat penyebaran dari sinusitis etmoid dan sinusitis sfenoid. Disamping itu dapat juga akibat penyebaran dari infeksi gigi.2,5 Lo (2004) menemukan 7% abses septum disebabkan oleh trauma akibat tindakan septomeatoplasti.6 Penyebab lain adalah trauma hidung akibat kecelakaan, perkelahian, cedera saat olahraga ataupun trauma yang sangat ringan sehingga tidak dirasakan penderita seperti mengorek kotoran hidung atau mencabut bulu hidung, diathesis perdarahan, dan kekerasan pada anak.1,4
Organisme yang paling sering didapat dari hasil kultur pada abses septum Staphylococcus aureus. Kadang-kadang ditemukan Streptococcus pneumoniae, Streptococcus β hemolyticus, Haemophilus influenzae dan organisme anaerob.6 Dispenza10 memberikan istilah pada supurasi septum akibat trauma sebagai abses septum primer, sedangkan penyebab lainnya dianggap sebagai abses septum nasi sekunder. Abses septum nasi dapat terjadi secara spontan pada pasien sindrom imunodefisiensi didapat.1,4

2.6.    EPIDEMIOLOGI
            Abses septum merupakan kasus yang jarang ditemukan. Laki-laki lebih sering dibandingkan wanita. Hal ini dihubungkan dengan agresivitas dan aktivitas mereka sehingga insidens trauma mudah terjadi. Sebanyak 74% mengenai umur dibawah 31 tahun dan 42% mengenai umur diantara 2-14 tahun dan jarang usia lanjut. Lokasi yang paling sering ditemukan adalah pada bagian anterior tulang rawan septum. Dikutip dari Jalaludin4 , Eavei mendapatkan 3 kasus abses septum nasi dalam waktu 10 tahun terakhir di Children’s hospital Los Angeles. Fearon4 mendapatkan 43 kasus abses septum nasi dalam periode 8 tahun di Hospital for Sick Children di Toronto. Dikutip oleh Jalaluddin, Ambrus menyatakan pada dekade terakhir ini didapatkan hanya 14 kasus abses septum nasi, termasuk 16 kasus yang terjadi lebih dari periode 10 tahun di Massachusetts Eye and Ear Infirmary. Di Rumah Sakit M. DJamil Padang didapatkan 3 kasus abses septum nasi dalam waktu 2 tahun terakhir. 6,7

2.7. PATOFISIOLOGI
Patogenesis abses septum biasanya tergantung dari penyebabnya. Penyebab paling sering adalah terjadi setelah trauma, sehingga timbul hematoma septum. Hematoma septum nasi terjadi akibat trauma pada septum nasi yang merobek pembuluh darah yang berbatasan dengan tulang rawan septum nasi. Darah akan terkumpul pada ruang di antara tulang rawan dan mukoperikondrium. Hematoma ini akan memisahkan tulang rawan dari mukoperikondrium, sehingga aliran darah sebagai nutrisi bagi jaringan tulang rawan terputus, maka terjadilah nekrosis.4
Tulang rawan septum nasi yang tidak mendapatkan aliran darah masih dapat bertahan hidup selama 3 hari, setelah itu kondrosit akan mati dan resorpsi tulang rawan akan terjadi. Bila tidak segera ditanggulangi, maka tulang septum nasi dan triangular kartilago dapat ikut terlibat dan perforasi septum nasi dapat terjadi. Pada akhirnya sedikit atau banyak akan terjadi parut dan hilangnya penyangga pada 2/3 kaudal septum, ini akan menghasilkan hidung pelana, retraksi kolumella, dan pelebaran dasar hidung.4
 Jika ada fraktur tulang rawan, maka darah akan mengalir ke sisi kontralateral dan terjadilah hematom septum bilateral. Hematom yang terjadi dapat besar sehingga dapat menyumbat kedua nares. Akibat keadaan yang relatif kurang steril di bagian anterior hidung, hematoma septum nasi dapat terinfeksi dan akan cepat berubah menjadi abses septum nasi yang mempercepat resorpsi tulang rawan yang nekrotik. 1,4
Staphylococcus aureus merupakan organisme yang paling sering ditemukan pada hasil kultur abses septum nasi. Begitu pula Streptococcus pneumoniae, streptococcus milleri, Streptococcus viridians, Staphylococcus epidermis, Haemophillus influenza dan kuman anaerob juga ditemukan pada abses septum nasi. 1,4
Tidak semua hematom septum nasi berkembang menjadi abses, bila sembuh dengan terapi antibiotik akan terbentuk jaringan ikat, sehingga akan terjadi penebalan jaringan septum nasi yang dapat menyebabkan obstruksi saluran nafas dan retraksi yang menimbulkan kontraktur septum nasi. Bila keadaan ini terjadi pada masa anak-anak, akan mempengaruhi pertumbuhan 2/3 bagian wajah yang dapat menyebabkan hipoplasia maksila.6
Selain dari trauma ada beberapa mekanisme yang menyebabkan timbulnya abses septum, yaitu penyebaran langsung dari jaringan lunak yang berasa dari infeksi sinus. Disamping itu infeksi pada septum nasi dapat masuk ke dalam sinus kavernosus sehingga akan terjadi trombosis dan atau meningitis. Pada beberapa kondisi abses septum bisa diakibatkan trauma pada saat operasi hidung.6

2.8.    GEJALA KLINIS
          Gejala abses septum nasi adalah hidung tersumbat yang progresif disertai rasa nyeri yang hebat. Rasa nyeri terutama dirasakan di daerah dorsum nasi terutama dipuncak hidung. Disamping itu, dijumpai gejala sistemik berupa demam dan menggigil serta nyeri kepala dibagian frontal. Kulit di sekitar hidung dapat berwarna merah dan membengkak.6,7,8

2.9. DIAGNOSIS
          Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Sebagian besar abses septum nasi biasanya mempunyai riwayat trauma, kadang-kadang penderita tidak menyadari terjadinya trauma tersebut. Trauma septum nasi dan mukosa dapat terjadi tanpa adanya cedera hidung luar. Abses septum nasi sering timbul 24-48 jam setelah trauma, terutama pada dewasa muda dan anak.6
          Gejala abses septum nasi adalah hidung tersumbat yang progresif disertai rasa nyeri. Rasa nyeri terutama dirasakan di daerah dorsum nasi terutama di puncak hidung. Disamping itu, dijumpai gejala sistemik berupa demam dan menggigil serta nyeri kepala dibagian frontal. 6,7,8
Perlu ditanyakan riwayat operasi hidung sebelumnya, gejala peradangan hidung dan sinus paranasal, furunkel intra nasal, penyakit gigi dan penyakit sistemik. 6
Akibat trauma hidung, terkadang pada inspeksi masih tampak kelainan berupa eskoriasi, laserasi kulit, epistaksis, deformitas hidung, edema dan ekimosis. Pemeriksaan sebaiknya tanpa menggunakan spekulum hidung. Tampak pembengkakan septum berbentuk bulat dengan permukaan licin pada kedua sisi. 6
Identifikasi abses septum nasi sangat mudah bagi para ahli, tetapi tidak jarang dokter gagal dalam mengamati keadaan ini. Karena kegagalan dalam mengidentifikasi hematoma atau abses septum nasi cukup banyak, maka diperlukan pemeriksaan intra nasal yang teliti. Jika penderita tidak kooperatif, misalnya pada anak-anak, pemeriksaan dapat dilakukan dengan anestesi umum. 6
Pada pemeriksaan rinoskopi anterior, seluruh septum nasi harus diperiksa dari kaudal septum nasi sampai nasofaring. Tampak pembengkakan unilateral ataupun bilateral, mulai tepat di belakang kolumella meluas ke posterior dengan jarak bervariasi. 6
Perubahan warna menjadi kemerahan atau kebiruan pada daerah septum nasi yang membengkak menunjukkan suatu hematoma. Daerah yang dicurigai dipalpasi dengan forsep bayonet atau aplikator kapas untuk memeriksa adanya fluktuasi dan nyeri tekan. Pada palpasi dapat ditemukan nyeri tekan. 6
Diagnosis pasti abses septum nasi adalah dengan melakukan aspirasi pada daerah yang paling fluktuasi. Pada aspirasi akan didapatkan pus pada abses septum nasi, sedangkan dari hematoma septum nasi akan keluar darah. 6,7
Beberapa penulis menyarankan tindakan rutin berupa aspirasi sebelum diberikan tindakan operatif. Pus yang diperoleh sebaiknya diperiksakan di laboratorium untuk menentukan jenis kuman dan tes sensitifitas terhadap antibiotik. Selain bernilai diagnostik, aspirasi juga berguna untuk mengurangi ketegangan jaringan di daerah abses septum nasi dan mengurangi kemungkinan komplikasi ke intrakranial. 6,7
Pemeriksaan laboratorium darah akan menunjukkan leukositosis. Pemeriksaan foto rontgen sinus paranasal atau CT scan harus dilakukan untuk mencari etiologi ataupun komplikasi. 6,7

2.10. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1)      Pemeriksaan foto rontgen sinus paranasal atau CT scan
          Abses septum nasi memiliki penampakan yang khas pada pemeriksaan CT scan sebagai akumulasi cairan dengan peninggian pinggiran yang tipis yang melibatkan septum nasi. Hasil pemeriksaan CT scan pada pemeriksaan abses  septum nasi adalah kumpulan cairan yang berdinding tipis dengan perubahan peradangan didaerah sekitarnya, sama dengan yang terlihat pada abses dibagian tubuh yang lain.8


Gambar 2.6. Pemeriksaan CT scan pada kavum nasi yang memperlihatkan pengumpulan cairan yang berdinding tipis dan seperti kista yang melibatkan kartilago septum nasi (tanda panah besar). Perhatikan pembengkakan pada jaringan nasi disekitarnya (panah kecil). 8


Gambar 2.7. Pemeriksaan CT scan pada korona sinus paranasal yang memeperlihatkan adanya abses nasi. 8

2)      Laboratorium8
-               Darah Lengkap akan menunjukkan hasil leukositosis.
-               Kultur bakteri : Organisme yang paling sering didapat dari hasil kultur pada abses septum Staphylococcus aureus. Kadang-kadang ditemukan Streptococcus pneumoniae, Streptococcus β hemolyticus, Haemophilus influenzae dan organisme anaerob.
-               Tes Sensitifitas Antibiotik

2.11. DIAGNOSA BANDING
          Diagnosa banding abses septum adalah :
a)             Hematoma septum. Suatu kondisi yang ditandai dengan pembengkakan, memar atau perdarahan di dalam septum nasi yang diakibatkan karena cidera. Apabila dibiarkan akan menimbulkan sebuah lubang pada daerah yang memisahkan dua cuping hidung. Keadaaan ini dapat menyebabkan hidung tersumbat atau menguncup pada daerah yang terkena hematom, akibatnya terjadi kelainan bentuk yang disebut saddle nose, suatu keadaan dimana jaringan penunjang hidung melemah.6,7,8
b)             Septum deviasi. Suatu keadaan dimana terjadi peralihan posisi dari septum nasi dari letaknya yang berada digaris medial tubuh. Deviasi septum yang ringan tidak akan mengganggu, akan tetapi bila deviasi cukup berat akan menyebabkan penyempitan pada satu sisi hidung. Dengan demikian akan mengganggu fisiologi hidung.6,7,8
c)             Furunkulosis dan vestibulitis. Infeksi yang luas dan invasif dari kelenjar sebasea atau folikel rambut, yang melibatkan jaringan subkutan membentuk furunkulosis dan vestibulitis dapat menyebabkan abses septum. Kuman penyebab biasanya ditemukan Staphylococcus aureus.6,7,8

2.12. PENATALAKSANAAN
            Hematoma atau abses septum nasi harus dianggap sebagai kasus darurat dalam bidang THT dan tindakan penanggulangannya harus segera dilakukan untuk mencegah komplikasi. Penatalaksanaan abses septum nasi yang dianjurkan saat ini yaitu :6,9
-        Insisi dan drainase
-        Antibiotik parenteral dosis tinggi berspektrum luas
-        Analgetika untuk nyeri dan demam
-        Rekonstruksi defek septum
Tujuan dari rekonstruksi adalah untuk menyangga dorsum nasi, memelihara keutuhan dan ketebalan septum, mencegah perforasi septum yang lebih besar dan mencegah obstruksi nasal akibat deformitas.6,9
Insisi dan drainase abses septum nasi dapat dilakukan dalam anestesi lokal atau anestesi umum. Sebelum insisi terlebih dahulu dilakukan aspirasi abses dan dikirim ke laboratorium untuk pemeriksaan kultur dan tes sensitifitas. 6,9
Insisi dilakukan 2 mm dari kaudal kartilago kira-kira perbatasan antara kulit dan mukosa (hemitransfiksi) atau caudal septal incision (CSI) pada daerah sisi kiri septum nasi. Septum nasi dibuka secara perlahan-lahan tanpa merusak mukosa. Jaringan granulasi, debris dan kartilago yang nekrosis diangkat dengan menggunakan kuret dan suction. Sebaiknya semua jaringan kartilago yang patologis diangkat. 6,9
Dilakukan pemasangan tampon anterior yang tiap hari diganti dan dipertahankan selama 2 sampai 3 hari dan pemasangan salir untuk mencegah rekurensi. 6,9
Drainase bilateral merupakan kontraindikasi karena dapat menyebabkan perforasi septum nasi. Pada abses bilateral atau nekrosis dari tulang rawan septum nasi dianjurkan untuk segera melakukan eksplorasi dan rekonstruksi septum nasi dengan pemasangan implan tulang rawan. 6,9
          Cangkokan dari septum tulang merupakan pilihan pertama. Bahan cangkokan dapat diambil dari septum tulang, iga, aurikel atau bank jaringan. Akan tetapi pada anak kecil, bahan cangkokan dari kartilago iga alogenik merupakan pilihan terbaik. 6,9

Gambar 2.8 (a) dan (b) Teknik insisi abses septum, (c) Pemasangan Drain Penrose.9


2.13. KOMPLIKASI
          Kerusakan tulang rawan akibat hematoma atau abses, akan digantikan oleh jaringan ikat. Kontraktur jaringan dan hilangnya penyangga pada bagian dorsum hidung merupakan komplikasi abses septum yang dapat menimbulkan hidung pelana, retraksi kolumela dan pelebaran dasar hidung. Kadang-kadang dapat timbul fasial selulitis. Nekrosis pada setiap komponen septum nasi dapat menyebabkan terjadinya perforasi septum nasi.1,4
Bila infeksi tidak diterapi dengan antibiotika yang adekuat dapat timbul perforasi septum, penyebaran infeksi melalui darah sehingga dapat timbul meningitis, trombosis sinus kavernosis dan sepsis.6
          Deformitas dan gangguan fungsi hidung akibat abses septum nasi dapat dibedakan dalam tiga proses dibawah ini :6
1)             Hilangnya sanggahan mekanik dari kartilago piramid dan lobul
2)             Retraksi dan atrofi jaringan ikat
3)             Gangguan pertumbuhan hidung dan muka bagian tengah.
Selain kosmetik, abses septum nasi dapat juga menimbulkan komplikasi yang berat dan berbahaya bila terjadi penjalaran infeksi ke intrakranial berupa meningitis,abses otak dan empiema subaraknoid.6
Penjalaran ke intrakranial dapat melalui berbagai jalan :
1)             Pertama, melalui pembuluh-pembuluh vena dari segitiga berbahaya, yaitu daerah di dalam garis segitiga dari glabela ke kedua sudut mulut.Vena-vena tersebut melalui vena angularis, vena oftalmika, vena etmoidalis, yang akan bermuara di sinus kavernosus.6
2)             Kedua, infeksi masuk melalui mukosa hidung kemudian melalui pembuluh limfe atau pembuluh darah bermuara di sinus longitudinal dorsalis dan sinus lateralis.6
3)             Ketiga, melalui saluran limfe dari meatus superior melalui lamina kribriformis dan lamina perpendikularis os etmoid yang bermuara ke ruang subaraknoid.6
4)             Keempat, invasi langsung dapat terjadi pada saat operasi, erosi lokal diduga dapat juga merupakan jalan atau kebetulan ada kelainan kongenital.6
5)             Kelima, selubung perineural diduga dapat juga merupakan jalannya penjalaran infeksi, dalam hal ini selubung olfaktorius yang menuju intrakranial melalui lamina kribriformis. Penjalaran infeksi ke organ organ di sekitar hidung dapat juga melalui saluran limfe dan selubung saraf olfaktorius sehingga terjadi infeksi ke orbita dan sinus paranasal. 6

2.14. PENCEGAHAN
          Abses septum dapat dikenali dengan mengenali dan menangani hematoma septum pada tahap awal. Ini merupakan alasan dilakukannya inspeksi dan palpasi pada septum  (setelah dekongesti dan anastesi mukosa) pada pasien yang baru saja mengalami trauma, terutama pada anak-anak. Hal yang sama dilakukan pada pasien yang telah menjalani operasi septal dan tidak dapat bernafas melalui hidung setelah pelepasan perban dibagian dalam hidung.8



BAB III
KESIMPULAN

          Abses septum nasi didefiinisikan sebagai terkumpulnya nanah diantara kartilago atau septum tulang. Kebanyakan abses septum disebabkan oleh trauma yang terkadang tidak disadari oleh pasien. Abses septum nasi spontan jarang terjadi. Abses septum nasi sering didahului oleh hematoma septum nasi yang kemudian terinfeksi bakteri dan menjadi abses. Gejala yang paling sering muncul adalah obstruksi nasal bilateral atau hidung tersumbat yang progresif disertai rasa nyeri yang hebat pada hidung, malaise, demam dan nyeri kepala dibagian frontal.
          Abses septum harus segera diobati sebagai kasus darurat karena komplikasinya yang cukup berat, yaitu dalam waktu singkat dapat menyebabkan nekrosis tulang rawan septum. Terapinya, dilakukan insisi dan drainase nanah serta diberikan antibiotik dosis tinggi berspektrum luas. Untuk nyeri dan demamnya diberikan obat analgetika. Untuk mencegah deformitas hidung, bila sudah terdapat destruksi tulang perlu dilakukan rekonstruksi septum.



DAFTAR PUSTAKA


1.             Soepardi A, Et Al. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Dan Leher. Edisi 6. Jakarta: FKUI. 2007.

2.             Richard SS. Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran. Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2006.

3.             Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2006.

4.             Adams GL, Boies LR, Higler PA. BOIES buku ajar penyakit THT. Edisi 6 . jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 1997.

5.             Nizar N.W, Mangunkusumo E. Kelainan Septum. Buku ajar Ilmu Kesehatan THT-KL. Jakarta: Balai Penerbit FKUI,1997.

6.             Bestari JB, Jon P. Diagnosis Dan Penatalaksanaan Abses Septum Nasi. Departemen Ilmu Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher Fakultas Kedokteran Universitas Andalas/RSUP Dr. M. Djamil Padang. Padang. 2012. Diakses pada Tanggal 21 Maret 2016

7.             Yuritna H. Abses Septum Nasi Dan Sinusitis Maksila. Departemen Ilmu Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Sumatera Utara. 2012. Diakses pada tanggal 21 maret 2016

8.             Dani PP, Abses septum nasi. Departemen Ilmu Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher Fakultas Kedokteran universitas muhammadiyah semarang. Semarang. 2013. Diakses pada tanggal 21 maret 2016

9.             Ngo J. Nasal Septal Hematoma drainage. http://emedicine.medscape.com/article/149280 Diakses pada tanggal 21 maret 2016


 

lemon tea and cookies Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea